Source Google Image
Apa sih yang akan timbul dikepala para pembaca sekalian ketika mendengar kata "Buruh Pabrik" ? Pastinya lekat dengat situasi kemiskinan, upah yang kecil, demo memperjuangkan nasib, ketidak adilan, atau bahkan kesewenang-wenangan. Ditambah dengan kasus Marsinah waktu itu, yang mana ingin memperjuangkan nasib para buruh eh malah berujung kepada kematian. Pokoknya kalau sudah "Buruh" pasti jauh dari cerita bahagia dan sering dikaitkan dengan KASTA rendah. Wah... Menurutku itu sebuah kengerian bagi aku. Namun hal ini berbeda dengan Cinder Sisada. Seorang wanita asal Indonesia yang menikah dengan pria campuran Batak-Italia yang bernama Kaliaga Baliardo. Cinder yang merupakan seorang tokoh utama dari buku karya Ita Sembiring yang berjudul "Working Women". Apakah ini kisah romantis ? Oh tentu saja tidak. Bagi ku buku ini seperti sebuah buku biografi yang mengisahkan kisah seseorang dari Indonesia yang tinggal di Belanda (untuk ikut suami) yang kemudian bekerja sebagai buruh pabrik di negri Kincir Angin tersebut.
Sebelum membahas isi buku, aku akan menjabarkan identitas dari bukunya :
Penulis : Ita Sembiring
Penerbit : Shuhuf Media Insani
No ISBN : 978-602-9831-67-2
13 x 20,5 cm + 276 halaman
Cetakan I, November 2012
Seperti yang aku bilang kalau buku ini mengisahkan kehidupan seorang Cinder Sisada yang pindah tinggal dari Indonesia ke Belanda untuk mengikuti suami yang walaupun berdarah Batak-Italia. Namun memiliki kewarganegaraan Belanda. Cinder dikisahkan dalam buku ini adalah seorang wanita Indonesia yang sangat terobsesi dengan sebuah negara Italia termasuk kisah-kisah menarik di dalamnya (salah satu contohnya ialah kisah seorang Mafia), pintar, bersikap tenang, keras, dan sabar. Sebenarnya Cinder sangat enggan pindah ke Belanda karena merasa lebih nyaman tinggal di tanah air ketimbang di negeri orang, apalagi negeri itu pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Cinder yang merupakan lulusan dari Universitas Indonesia yang notabene adalah universitas tersohor di Indonesia, harus bekerja sebagai buruh pabrik alat tulis di Belanda. Hal ini dilakukan Cinder hanya semata-mata untuk mengisi kekosongan dan mencoba berbaur dengan kehidupan yang ada di Belanda. Cinder tinggal bersama Kaliaga di sebuah kota kecil bernama Zundert. Kota tersebut cukup terkenal karena merupakan kota sebagai penghasil Bunga Dahlia terbesar serta kota kelahiran dari seorang seniman terkenal bernama Vincent Van Gogh.

Zundert, Belanda
Source Google Image
Perlu diketahui bahwa selama perjalanan aku membaca buku ini. Hal yang sangat mengagetkanku adalah "Buruh Pabrik" di Belanda sangat jauh dari kata miskin, kotor, bau, kasta rendah, upah yang sangat minim. Di Belanda kehidupan para buruh sekalipun dapat dikatakan sejahtera. Tempat bekerjanya pun sangat jauh dari kata kotor dan tidak layak. Pabrik di Belanda sangat bersih, dilengkapi musik, dan tidak berisik. Tugasnya pun hanya mengerjakan hal-hal sesuai dengan Job desk. Berbeda dengan Indonesia yang harus serba multitasking. Bahkan di perkantoran pun. Pekerjaan yang notabene bukan merupakan tanggung jawabnya pun kadang harus bisa dikerjakan. Berbeda dengan Belanda. Para pekerja hanya mengerjakan pekerjaan yang memang sudah menjadi tanggung jawabnya. Hal itu dikarenakan karena sikap orang Belanda yang disiplin dan mengerjakan sesuatu yang memang sudah menjadi ranahnya alias tidak suka ikut campur dengan pekerjaan orang lain. Perlu di ketahui dari buku yang aku baca ini bahwa pemerintah Belanda sangat menjunjung nilai tinggi sosial mereka. Namun ternyata hal ini menjadi bumerang untuk Belanda sendiri. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya bahwa di Belanda memiliki banyak pendatang dari negara lain. Sehingga dapat dijelaskan bahwa begitu banyak keanekaragaman yang terdapat di Belanda. Mereka terbuka dengan bangsa-bangsa lain yang datang ke negeri mereka. Pemerintah pun melarang hal yang namanya "Diskriminasi Ras". Sayangnya hal inilah yang digunakan oleh para pendatang dari berbagai bangsa (walau tidak semuanya) bersikap seenaknya dan tidak mematuhi peraturan tidak tertulis maupun tertulis yang memang diterapkan di Belanda. Jika ada para pendatang yang berbuat onar atau melanggar peraturan yang notabene mereka yang benar-benar salah. Mereka bisa saja bersikap seolah-olah orang-orang Belanda mendiskriminasi mereka dikarenakan mereka adalah seorang pendatang. Hal ini memang membuat masyarakat asli Belanda sendiri geram dengan hal ini. Namun mereka lebih memilih diam karena tidak ingin di cap sebagai seseorang yang diskriminatif terhadap ras. Maksud dari pemerintah Belanda sendiri sangat baik supaya tidak saling membeda-bedakan suku dan bangsa tapi malah menjadi senjata makan tuan. Jadi banyak orang Belanda yang hanya bisa menelan ludah ketika para pendatang berbuat seenaknya di negeri mereka. Belanda memiliki regulasi yang sangat baik untuk masyarakatnya. Para pekerja sangat diperhatikan sehingga kehidupan para pekerja (hingga buruh sekalipun) hidupnya sangat sejahtera. Tak tanggung-tanggung untuk para pendatang yang tidak bisa berbahasa Belanda, pemerintah akan memberikan kursus berbahasa Belanda secara gratis. Kebanyakan para pendatang yang memang mengadu nasib di Belanda menginginkan hidup yang lebih baik dari daerah tempat mereka berasal. Namun tidak semua pendatang memiliki sikap dan karakter yang baik bukan ?

Source by Naomi's Galery
Kembali lagi ke kehidupan buruh pabrik. Dari kisah Cinder yang bekerja di buruh pabrik hingga bersahabat dengan seorang gadis Italia yang bernama Eleanor Sisilia. Eleanor Sisilia merupakan gadis yang berwatak pendiam, suka belajar, berperawakan lemah lembut, dan suka bercanda. Bekerja sebagai buruh pabrik di Belanda merupakan hal yang biasa, Kebanyakan yang bekerja di buruh pabrik hanya semata-mata untuk mengisi kekosongan waktu, mencari uang tambahan/sampingan, atau memang menjadi sebuah mata pencaharian tetap. Dalam sebuah kisahnya banyak buruh pabrik di Belanda yang jauh dari kata kotor dan kasta rendah. Dikarenakan para pekerjanya yang notabene adalah orang mampu. Berangkat kerja dengan menggunakan mobil mercedes dan mobil-mobil mewah terbaru lainnya, berpakaian necis nan modis, menggunakan parfum-parfum brand mahal, mengambil cuti untuk berliburan keliling Eropa, dan masih banyak lagi yang jauh dari kata "Kasta Rendah". Seperti yang aku jelaskan tadi bahwa kebanyakan mereka bekerja hanya untuk mencari uang tambahan, mengisi kekosongan, atau memang menjadi mata pencaharian mereka.

Source by Naomi's Galery
Selama Cinder bekerja sebagai buruh pabrik alat tulis di Belanda. Cinder bersahabat dengan Eleanor. Mereka sepakat untuk menuliskan gosip-gosip atau hal-hal yang terjadi kepada buruh pabrik yang lainnya ke dalam sebuah buku berwarna biru yang di dinamakannya CABUL (Catatan Buruh Lepas). Buku Working Women ini lebih banyak menceritakan kisah Cinder dan Eleanor yang bekerja di pabrik alat tulis dengan segudang permasalahan dan lika-liku selama bekerja di pabrik. Dikisahkan banyak para buruh yang kebanyakan pendatang dari luar Belanda yang mengisahkan betapa menyebalkannya para buruh-buruh yang bekerja bersama Cinder dan Eleanor di pabrik tak terkecuali juga orang Belanda itu sendiri. Banyak persaingan di dalamnya, saling menjatuhkan, mengutil, hingga menjilat atasan agar diberi perpanjangan kontrak. Di Indonesia para pekerja buruh menjilat agar di naikkan upahnya. Berbeda di Belanda, mereka menjilat agar mau diperpanjang kontrak kerjanya. Mengapa demikian ? Bekerja di pabrik merupakan pekerjaan yang paling mudah bisa dikatakan karena hanya menggunakan otot saja. Tidak perlu susah-susah menyusun laporan, presentasi, hingga bekerja lembur. Cukup bekerja sesuai dengan job desk dan jam kerja. Ketika waktunya pulang ya pulang. Sangat mudah bukan ? Namun Cinder dan Eleanor sangat tidak suka dengan sikap dan karakter para pekerja buruh yang ada di pabrik tempat mereka bekerja (bahkan yang dari Indonesia sekalipun). Mereka saling menggosipkan satu sama lain, cari muka dengan para buruh tetap dan atasan, saling menjelekkan satu sama lain, mengutil barang-barang pabrik, mencuri produk-produk pabrik, korupsi waktu, dan hal-hal konyol lainnya yang tidak masuk di akal. Sangat-sangat dibutuhkan kesabaran emosional yang sangat besar jika bekerja di pabrik. Terdapat pula hal-hal yang tak terduga yang terjadi di pabrik tempat Cinder dan Eleanor bekerja. Yang aku suka adalah tertangkap basahnya para pekerja buruh yang sudah bersikap sok tau, songong dan menyebalkan. Rasanya sangat puas ketika mereka tertangkap basah. Tentunya bukan hanya itu saja yang terjadi di pabrik alat tulis itu 😂. Namun akhir dari kisah ini sangat mengharukan yang mana mengharuskan Cinder dan Eleanor tersebut harus berpisah. Padahal mereka telah menjalin persahabatan yang begitu erat. Setelah membaca buku Working Woman ini, akhirnya aku paham apa maksud dari judul buku ini sendiri yaitu "Working Woman".
Begitulah kisah negeri kincir angin yang notabene pernah menjajah negara kita tercinta. Aku sempat mengira bahwa negeri asing lebih baik daripada negeri kita tercinta ini. Namun setelah aku membacanya, aku rasa aku akan menarik kata-kataku kembali. Karena balik lagi, ada sisi positif dan negatifnya dari sesuatu. Buku ini menambah wawasanku terhadap sesuatu yang tidak aku ketahui sebelumnya. Dan aku sangat suka belajar atau mengetahui hal-hal baru. Terima Kasih untuk Ita Sembiring dan penerbit yang sudah menulis dan merilis buku ini. Aku sangat senang karena mendapatkan informasi baru yang belum aku ketahui sebelumnya. Dan membuatku ingin membuka mataku lebih lebar lagi tentang hal-hal apa saja tentang dunia ini yang belum aku ketahui dan tidak diajarkan saat di bangku sekolah dulu. Aku memberi rating buku ini 8/10. Mengapa ? karena buku ini sangat menarik. Ditambah dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti, bacaan yang menggambarkan sisi lain dari indahnya negeri Belanda, serta cocok dibaca untuk semua kalangan. Aku harap pembaca sekalian membaca buku yang sangat menarik dan penuh intrik ini.
Disclaimer ya : Buku ini dan tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelekkan seseorang atau suatu pihak ya, karena buku ini pure hanya mengisahkan sebuah kisah yang ada dan terjadi di Belanda. Serta tulisan ini hanya sekedar untuk me-review buku yang telah aku baca dan bagaimana kesanku terhadap buku ini.
Sekian review buku kali ini. Aku harap bagi para pembaca agar meningkatkan minat baca baik untuk anda ataupun orang-orang terdekat anda. Jangan lupa untuk selalu membeli buku ORIGINAL untuk terus mensupport para penulis kesayangan kita untuk terus berkarya. Kalau temen-temen mau keep in touch sama aku boleh follow Instagram aku @thisvivi_
Sampai Ketemu di Konten Selanjutnya 👋🏻